Pages

Senin, 01 Oktober 2012

KONFLIK DALAM ORGANISASI


KONFLIK DALAM ORGANISASI

Manusia melakukan kegiatan dan bereaksi terhadap kegiatan orang lain dalam organisasi baik pimpinan atau sesama anggota, menimbulkan bermacam-macam dinamika perilaku dalam berorganisasi. Dan konflik biasanya timbul sebagai hasil adanya masalah-masalah hubungan pribadi (ketidaksesuaian tujuan atau nilai-nilai pribadi karyawan dengan perilaku yang harus diperankan pada jabatannya, atau perbedaan persepsi) dan struktur organisasi (perebutan sumber daya-sumber daya yang terbatas, pertarungan antar departemen dan sebagainya). Pada hekaktnya konflik merupakan suatu pertarungan menang kalah antara kelompok atau perorangan yang berbeda kepentingannya satu sama lain dalam organisasi. Dalam dinamika organisasi ini akan dibahas beberapa hal penting antara lain :

A. Dinamika Konflik

Konflik adalah segala macam interaksi pertentangan atau antagonistik antara dua atau lebih pihak. Timbulnya konflik atau pertentangan dalam organisasi, merupakan suatu kelanjutan dari adanya komunikasi dan informasi yang tidak menemui sasarannya. Konflik dilatar belakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang di bawa individu dalam suatu interaksi.

B. Jenis-Jenis Konflik

Adapun mengenai jenis-jenis konflik, dikelompokkan sebagai berikut :

- Personrole conflict :  konflik peranan yang terjadi didalam diri seseorang. Konflik ini pada
Hakekatnya meminta kesadaran orang untuk menaati peraturan yang    
ada atau memerlukan kesetiaan orang pada organisasi.

- Inter-role conflict :  konflik antar peranan, yaitu persoalan timbul karena satu orang  
menjabat satu atau lebih fungsi yang saling bertentangan. Konflik ini  dapat dihindari dengan mendefinisikan kembali tugas yang terlebih dahulu telah dispesialisasikan dan dialokasikan pada seorang tertentu   
 sehingga akibat negative dwi fungsi diminimumkan.

- Intersender conflict :  konflik yang timbuk karena seseorang harus memenuhi harapan
beberapa orang. Ini dapat dihindari dengan memperlakukan sama    
 bagi semua pihak-pihak yang berkepentingan.

- Intrasender conflict : konflik yang timbul karena disampaikannya informasi yang saling
 bertentangan.

Selain pembagian jenis konflik di atas masih ada pembagian jenis konflik yang dibedakan menurut pihak-pihak yang saling bertentangan, yaitu :

- Konflik dalam diri individu yang terjadi bila seseorang individu menghadapi ketidakpastian
   tentang pekerjaan yang dia harapkan untuk melaksanakannya.
- Konflik antar individu dalam organisasi yang sama, dimana hal ini sering diakibatkan oleh
   perbedaan-perbedaan kepribadian.
- Konflik antar individu dan kelompok. yang berhubungan dengan individu menanggapi  
   tekanan untuk keseragaman yang dipaksakan oleh kelompok kerja mereka.

- Konflik antar kelompok dalam organisasi yang sama karena terjadi pertentangan
   kepentingan antar kelompok.

- Konflik antar organisasi yang timbul sebagai akibat bentuk persaingan ekonomi dalam
   system perekonomian suatu Negara.

Individu-individu dalam organisasi mempunyai banyak tekanan pengoperasian organisasional yang menyebabkan konflik. Secara lebih konseptual litteral mengemukakan empat penyebab konflik organisasional, yaitu :

- Suatu situasi dimana tujuan-tujuan tidak sesuai

- Keberadaan peralatan-peralatan yang tidak cocok atau alokasi-alokasi sumber daya yang
   tidak sesuai

- Suatu masalah yang tidak tepatan status

- Perbedaan presepsi

Didalam organisasi terdapat empat bidang struktural, dan dibidang itulah konflik sering terjadi, yaitu :

* Konflik hirarkis adalah konflik antar berbagai tingkatan organisasi
* Konflik fungsional adalah konflik antar berbagai departemen fungsional organisasi
* Konflik lini-staf adalah konflik antara lini dan staf
* Konflik formal informal adalah konflik antara organisasi formal dan organisasi informal.

Secara tradisional pendekatan terhadap konflik organisasional adalah sangat sederhana dan optimistik. Pendekatan tersebut didasarkan atas tiga anggapan, yaitu :

1. Konflik dapat di hindarkan
2. Konflik diakibatkan oleh para pembuat masalah, pengacau dan primadona
3. Bentuk-bentuk wewenang legalistic
4. Korban diterima sebagai hal yang tak dapat dielakkan

Apabila keadaan tidak saling mengerti serta situasi penilaian terhadap perbedaan antar anggota organisasi itu makin parah sehingga konsesus sulit dicapai, sehingga konflik tak terelakkan. Dalam hal ini pimpinan dapat melakukan berbagai tindakan tetapi harus melihat situasi dan kondisinya, yaitu :

- Menggunakan kekuasaan
- Konfrontasi
- Kompromi
- Menghaluskan situasi
- Mengundurkan diri

C. Berbagai Segi Positif dari Konflik sebagai berikut :

1. Konflik dalam:

• Perggantian pimpinan yang lebih berwibawa,penuh ide baru dan semangat baru.

• Perubahan tujuan organisasi yang lebih mencerminkan nilai-nilai yang disesuaikan dengan
   perubahan situasi dan kondisi.

• Pelembagaan konflik itu sendiri artinya konflik disalurkan tidak merusak susunan atau
   struktur organisasi.

2. Konflik dengan organisasi lain mungkin dapat :

• Lebih mempersatukan para anggota organisasi.
• Mendatangkan kehidupan baru di dalam hal tujuan serta nilai organisasi
• Lebih menyadarkan para anggota terhadap strategi serta taktik lawan.
• Sebagai suatu lembaga pengawasan masyarakat.

Bagaimanapun juga, konflik merupakan suatu hal yang memakan pikiran,waktu,tenaga,dan lain-lain untuk menyelesaikannya. Tetapi bila dilihat sekilas sepertinya konflik itu sangat sulit untuk dihindari dan diselesaikan, tetapi dalam hal ini jangan beranggapan bahwa dengan adanya konflik berarti organisasi tersebut telah gagal. Karena betapapun sulitnya suatu konflik pasti dapat diselesaikan oleh para anggota dengan melihat persoalan serta mendudukannya pada proporsi yang wajar.

D. Sumber-Sumber Konflik

A. Sumber-Sumber Konflik Organisasional, berbagai sumber utama konflik organisasional dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Kebutuhan untuk membagi sumber daya – sumber daya yang terbatas.

Konflik ini dapat timbul karena kelompok-kelompok organisasi bersaing untuk memperebutkan bagian terbesar sumber daya – sumber daya yang tersedia.

2. Perbedaan – perbedaan dalam berbagai tujuan.

Kelompok-kelompok organisasi cenderung menjadikan terspesialisasi atau dibedakan karena mereka mengembangkan berbagai tujuan, tugas dan personalia yang tidak sama. Perbedaan-perbedaan ini sering menyakibatkan konflik kepentingan atau prioritas, meskipun tujuan organisasi sebagai keseluruhan telah disetujuin.


3. Saling ketergantungan kegiatan-kegiatan kerja.

Konflik potensial adalah terbesar apabila suatu unit tidak dapat mulai pekerjaannya karena harus menunggu penyelesaian pekerjaan unit lain.

4. Perbedaan nilai-nilai atau persepsi.

Perbedaan-perbedaan tujuan diantara anggota berbagai satuan dalam organisasi sering berkaitan dengan berbagai perbedaan sikap,nilai-nilai dan persepsi yang dapat menimbulkan konflik.

5. Kemenduaan organisasional

Konflik antar kelompok dapat juga berasal dari tanggungjawab kerja yang dirumuskan secara mendua (ambiguous) dan tujuan-tujuan yang tidak jelas.

6. Gaya-gaya individual.

Pada umumnya konflik ini terjadi apabila para anggota kelompok sangat berbeda dalam hal ciri-ciri seperti sifat kerja,umur dan pendidikan.

B. Konflik Antar Pribadi 

Salah satu penanganan analitis konflik antar pribadi dapat diperoleh dengan mempelajari berbagai cara berbeda yang dipergunakan seorang “pribadi” untuk berinteraksi dengan pribadi-pribadi lain. Menurut Jendela Johari, pribadi seseorang terbagi menjadi 4 yaitu :

1. Pribadi terbuka (open self), bentuk interaksi ini orang mengenal dirinya sendiri dan orang  
    lain.

2. Pribadi tersembunyi (hidden self), bentuk ini orang mengenal dirinya sendiri tetapi tidak    
    mengenal pribadi orang lain.

3. Pribadi buta (blind self), bentuk ini orang mengenal pribadi orang lain tetapi tidak
    mengenal dirinya sendiri.

4. Pribadi tak dikenal (undiscovered self),bentuk ini orang tidak mengenal baik dirinya  
    sendiri maupun orang lain.

Jendela Johari hanya mengemukakan berbagai kemungkinan pola antar pribadi, tetapi tidak menggambarkan situasi-situasi konflik antar pribadi yang mungkin terjadi. Meskipun demikian jendela johari sangat berguna untuk menganalisa situasi-situasi konflik tersebut.


Terdapat tujuh pedoman bagi pengadaan umpan balik untuk hubungan-hubungan antara pribadi yang efektif dapat diperinci sebagai berikut:

a. Menjadi lebih deskriptif daripada bersifat pertimbangan
b. Menjadi lebih spesifik daripada umum
c. Menangani hal-hal yang dapat diubah
d. Bemberi umpan balik apabila diinginkan 
e. Memperhatikan motif-motif pemberian dan penerimaan umpan balik
f. Memberikan umpan balik pada saat perilaku berlangsung
g. Memberikan umpan balik bila akurasinya dapat dicek dengan orang-orang lain

C. Konflik Organisasional

Dalm hal ini litterer mengemukakan empat penyebab konflik organisasional yaitu antara lain:

1. Suatu situasi dimana tujuan – tujuan tidak sesuai 
2. Keberadaan peralatan-peralatan yang tidak cocok atau alokasi-lalokasi sumber daya yang  
    tidak sesuai
3. Suatu masalah ketidaktepatan status 
4. Perbedaan presepsi

D. Konflik Struktural

Dalam organisasi klasik ada empat bidang structural dimana konflik sering terjadi:

a. Konflik hirarkis,yaitu konflik antara berbagai tingkatan organisasi
b. Konflik fungsional,yaitu konflik antara berbagai departemen fungsional organisasi.
c. Konflik lini-staf,yaitu konflik antar lini dan staf.
d. Konflik formal – informal,yaitu konflik antara organisasi formal dan informal.

E. Peranan Konflik Dalam Organisasi

Secara tradisional, pendekatan terhadap konflik organisasional adalah sangat sederhana dan optimistik. Pendekatan tersebut didasarkan atas tiga anggapan sebagai berikut:

1. Konflik menurut definisinya dapat dihindarkan
2. Konflik diakibatkan oleh para pembuat masalah, pengacau, dan primadona.
3. Bentuk-bentuk wewenang legalistic seperti ‘berjalan melalui saluran-saluran‘ atau
    ‘berpegang pada aturan‘.

Dan hasilnya berupa serangkaian anggapan baru tentang konflik yang hampir persis berlawanan dengan anggapan-anggapan tradisional:

1. konflik tidak dapat dihindarkan 
2. konflik ditentukan oleh factor-faktor struktural seperti bentuk fisik suatu bangunan, desain
    struktur karier, atau sifat sistem kelas.
3. Konflik adalah bagian integral sifat perubahan.
4. Konflik dapat membantu atau menghambat pelaksanaan kegiatan organisasi dalam
    berbagai derajat.
5. Tingkat konflik minimal adalah optimis.

Atas dasar anggapan-anggapan diatas, manajemen konflik organisasional telah menggunakan suatu pendekatan baru.pendekatan yang cukup representative adalah tiga strategi dasar untuk mengurangi konflik organisasional yang dikemukan literer yaitu:

1. Penyangga atau penengah dapat diletakkan diantara pihak-pihak yang sedang berkonflik.
2. Membantu pihak-pihak yang sedang konflik untuk menggembangan pandangan yang lebih
    baik tentang diri mereka dan cara mereka yang saling mempengaruhi. 
3. Merancang kembali struktur organisasi agar konflik berkurang.

F. Strategi Penyelesaian Konflik

Mengendalikan konflik berarti menjaga tingakat konflik yang kondusif bagi perkembangan organisasi sehingga dapat berfungsi untuk menjamin efektivitas dan dinamika organisasi yang optimal. Namun bila konflik telah terlalu besar dan disfungsional, maka konflik perlu diturunkan intensitasnya, antara lain dengan cara :

1. Mempertegas atau menciptakan tujuan bersama. Perlunya dikembangkan tujuan kolektif di
     antara dua atau lebih unit kerja yang dirasakan bersama dan tidak bisa dicapai suatu unit
     kerja saja.

2. Meminimalkan kondisi ketidak-tergantungan. Menghindari terjadinya eksklusivisme
    diatara unit-unit kerja melalui kerjasama yang sinergis serta membentuk koordinator dari
    dua atau lebih unit kerja.

3. Memperbesar sumber-sumber organisasi seperti : menambah fasilitas kerja, tenaga serta
    anggaran sehingga mencukupi kebutuhan semua unit kerja.

4. Membentuk forum bersama untuk mendiskusikan dan menyelesaikan masalah bersama.
    Pihak-pihak yang berselisih membahas sebab-sebab konflik dan memecahkan   
    permasalahannya atas dasar kepentingan yang sama.

5. Membentuk sistem banding, dimana konflik diselesaikan melalui saluran banding yang
    akan mendengarkan dan membuat keputusan.



6. Pelembagaan kewenangan formal, sehingga wewenang yang dimiliki oleh atasan atas
    pihak-pihak yang berkonflik dapat mengambil keputusan untuk menyelesaikan
    perselisihan.

7. Meningkatkan intensitas interaksi antar unit-unit kerja, dengan demikian diharapkan makin
    sering pihak-pihak berkomunikasi dan berinteraksi, makin besar pula kemungkinan untuk
    memahami kepentingan satu sama lain sehingga dapat mempermudah kerjasama.

8. Me-redesign kriteria evaluasi dengan cara mengembangkan ukuran-ukuran prestasi yang \
    dianggap adil dan acceptable dalam menilai kemampuan, promosi dan balas jasa.

Sumber : Click here..!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar