Faktor-faktor yang Menghambat Perkembangan Perubahan Organisasi seperti di bawah ini..
1.
Organizational Obstacles (Hambatan
Organisasi). Struktur dan budaya organisasi dapat
menjadi hambatan untuk berubah. Ketika organisasi menyusun struktur organisasinya,
tersusunlah pola hubungan tugas yang stabil yang berpengaruh terhadap hubungan
antar pegawainya. Seiring dengan berjalannya waktu, ketika terjadi perpindahan
pegawai, hubungan tugas tetap tidak berubah. Itulah sebabnya struktur
organisasi menjadi resistan terhadap perubahan. Itu pula yang menyebabkan
merubah struktur oganisasi tidaklah mudah. Norma-norma dan nilai-nilai
dalam budaya organisasi juga resisten untuk berubah. Ketika rasa memiliki
begitu kuatnya, maka baik para pimpinan ataupun para pegawainya akan berupaya
untuk mencegah setiap perubahan yang akan mengancam posisi mereka dalam
organisasi. Adanya koalisi para pimpinan juga dapat menjadi penghalang untuk
berubah. Koalisi yang berbeda akan melihat perubahan dengan kacamata yang
berbeda pula. Hal tersebut dikarenakan perbedaan kepentingan, atau
ketidaksetujuan mereka terhadap perubahan yang akan dilakukan.
2.
Functional Obstacles (Hambatan
Fungsional). Struktur dan budaya organisasi pada
tingkatan fungsional juga dapat menjadi penghalang untuk berubah. Seperti
halnya pada tingkatan manajerial, manajer fungsional juga akan berupaya melobi
sesuai kepentingan mereka sendiri dan mencoba untuk mempengaruhi proses
perubahan sehingga perubahan yang terjadi dapat menguntungkan mereka. Tingkat
ketergantungan tugas antar fungsi-fungsi yang ada juga mengakibatkan sulit
mencapai perubahan, karena perubahan pada satu fungsi akan mempengaruhi seluruh
fungsi yang lain. Semakin tinggi ketergantungan antar fungsi akan semakin sulit
untuk mencapai perubahan
3.
Individual Obstacles (Hambatan
Individual). Adanya prasangka buruk terhadap
perubahan dapat mempengaruhi persepsi individu para manajer terhadap suatu
situasi dan dapat menyebabkan mereka menginterpretasikan perubahan sesuai
dengan keinginan mereka untuk mendapatkan keuntungan sendiri. Alasan lain
mengapa pegawai resisten terhadap perubahan adalah adanya stress dan
ketidaknyamanan dalam bekerja, baik untuk para manager maupun pegawai. Pegawai
mengembangkan kebiasaan-kebiasaan rutin yang dapat mempermudah mereka untuk
mengendalikan situasi dan membuat keputusan-keputusan yang sudah terprogram.
Ketika rutinitas terganggu maka para pegawai mengalami stress. Untuk mengurangi
rasa stress mereka cenderung untuk kembali pada kebiasaan-kebiasaan lama
mereka.
Keengganan individual dalam melakukan
perubahan organisasi dapat terjadi ketika suatu perubahan mengharuskan keluar
dari system yang biasa dilakukan (permanent system),
apalagi bila perubahan tersebut bertentangan atau mengganggu “kepentingan”
individu. Keengganan individual dalam menerima perubahan juga dapat terjadi
karena adanya kekuatan kelompok informal dalam organisasi. Ketika seorang
pegawai bersedia untuk melakukan perubahan baik sifat maupun pekerjaannya,
tetapi karena dipengaruhi oleh serikat pekerja yang memaksanya untuk tidak mau
melakukan perubahan tersebut, maka terjadi penolakan terhadap perubahan atau
juga sering disebut dengan mental blok.
Sedangkan organisasi pada dasarnya
memiliki budaya yang tertanam untuk menghasilkan kemantapan/kemapanan. Pada
suatu organisasi, pekerjaan telah didesain sedemikian rupa untuk dilaksanakan,
para pegawai telah dibekali pelatihan dan ketrampilan, job description yang jelas dan prosedur yang sudah
tertanam pada semua anggota organisasi. Ketika terjadi perubahan pada
organisasi hal-hal yang telah tertanam secara strukural ini kerapkali menjadi
kendala dalam perubahan. Artinya apabila suatu perubahan terjadi pada salah satu
sub sistem dan mengakibatkan perubahan pada sub sistem yang lainnya secara
keseluruhan, maka kemungkinan besar perubahan akan ditolak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar